Manisnya Usaha Madumongso Menjelang Lebaran




KlikMadiun – Madumongso, adalah nama kue khas yang tidalk asing lagi bagi masyrakat Madiun dan sekitarnya. Usaha ini ternyata sangat menjanjikan, apalgi mendekati lebaran.

Usaha ini, seperti yang dilakukan oleh Ibu Danuk Sri Arini, warga Jl. Timbangan Kecamatan Taman Kota Madiun, yang bergelut membuat madumongso lebih dari 23 tahun. Sejak tahun 2—5 lalu, setiap momen lebaran, minimal 1 ton madomongso dibuat untuk memenuhi permintaan langganannya.

Jumlah madumongso yang mencapai 1 ton ini, ternyata mempunyai cerita. “Sebelum tahun 2005, saya pernah diejek oleh oprang Makasar. Saya disuruh merobohkan papan nama ‘Madumongso Wahyu Tumurun’. Karena dia kecewa ingin membeli madumongso 10 kg, hanya ada 2 kg, karena sudah habis,” turut Ibu Danuk.

Sejak iitu, Danuk yang dibantu beberpa karyawannya, mulai berani menambah jumlah madumongso yang dibuat. “Mulai tahun 2005 itu, setiap menjelang lebaran saya selalu membuat minimal 1 ton, agar tidak mengecewakan pelanggan,” katanya

Kue ini rasanya manis kecut, manis karena dimasak dengan gula, kecut karena ketan hitam harus dijadikan tape terlebih dahulu sebelum dimasak dnegan gula dan santan. “Namun kalau campurannya kurang pas, bisa terlalu kecut atau terlalu manis. Kalau terlalu banyak santan, bisa cepat berjamur,” ujar Danuk.

Proses membuat madumongso, memakan waktu beberpa hari. Mulai memasak ketan hitam menjadi tape, paling tidak memerlukan waktu 3 hari, lalu baru bisa dimasak dicampur dengan gula dan santan. “Setelah itu baru dibungkus menggunakan plastik dan kertas klobot yang warnanya berwarna-warni,” katanya.

Satu kilogram madomongso, ia jual seharga Rp60.000. “Siapa saja boleh beli dari saya. Mau dilabel sendiri juga boleh. Yang penting dagangan saya laku,” ucapnya. Beberapa hotel di Madiun memesan madumongso dari Ibu Danuk, yang diberi label Madumongso Wahyu Tumurun.

Kue yang bewarna hitam ini, sering dibawa ke luar kota untuk diikutkan pameran. “Yang sering membeli untuk itu, adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang sering mengikuti pameran di luar kota. Saya ini mitra binaannya,” ucap Ibu Danuk yang sehari-hari juga dibantu Sujarno sang suami.

Dibantu anaknya untuk mengirim, beberapa kota yang rutin dikirim madumongso, adalah Makasar, Bandung, Bali, Palangkaraya, Pati, Surabaya, Papua dan kota kota lain di Jawa Timur.

Kini, Ibu Danuk tidak lagi harus berjualan dengan membuka toko, atau berjualan ala online. “Pokoknya disetiap label saya ada nomor telepon. Pesan bisa lewat telepon, uang masuk ke rekening, madumongso saya kirim. Saya cukup berjualan dari rumah saja,” ujar Danuk. (klik-1)


Post a Comment

أحدث أقدم