KlikMadiun - Bertempat di
wilayah Wisata Gunung kendil, Dusun kedondong, Desa Pilangrejo, Kabupaten
Madiun, 135 peserta karateka INKADO (Indonesia Karate-Do) Madiun, mengikuti
penyematan sabuk baru.Tradisi ini merupakan rangkaian setelah para karateka
sebelumnya mengikuti tes turun kyu yang diselanggarakan
di Gedung Korpri Kab. Madiun pada tanggal (10/12/2017).
Acara
tradisi yang dilaksankan di Bukit Gunung Kendil pada hari Minggu (17/12/2017), kali
ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya, karena para karateka harus berjalan
sekitar 10 km sebelum masuk ke Bukit Gunung Kendil. Proses dalam tradisi ini
tidak mudah, para peserta harus berkumpul
jam 6 pagi dari desa Wungu, kemudian mereka akan berjalan kaki dengan melewati
area persawahan untuk menuju lokasi. Setelah sampai, mereka akan dibawa menuju puncak Gunung Kendil dengan berlari secara berurutan
.
Untuk
menghindari cidera, para peserta harus memakai alas kaki, baik sepatu maupun
sandal. Para peserta yang mayoritas usia dini ini, tampak bersemangat
mengikutinya. Setelah turun gunung mereka harus melampauhi rintangan selanjutnya.
yaitu dengan masuk kedalam kubangan lumpur sambil merayap menuju tempat sabuk
baru mereka yang telah disiapkan oleh Sinpenya. Untuk mengambilnya, para karateka harus merayap. Untuk membawanya harus menggunakan mulut dengan
cara digigit dan tidak boleh menggunakan tangan.
Pelatih
INKADO Madiun Doni Kuswoyo mengatakan, memang tradisi ini telihat ekstrim,
namun ini harus dihadapi oleh para peserta dalam penyematan sabuk baru, selain
itu diselenggarakan dialam liar bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air
serta melatih karater para peserta sejak usia dini.
“ Tradis penyematan
sabuk baru selain melatih karate anak sejak usia dini, juga menanamkan mental
agar tidak lemah dan pantang menyerah, serta mumbuhkan karakter anak, disiplin,
sikap jujur, menghormati antar sesama, serta yang utama kepatuhan kepada orang
tua”, terang Doni
Tradisi Turun
Kyu, yang dilaksanakan meskipun dianggap sangat berat, namun mereka juga senang
mengikutinya. Salah satu peserta yang sebelumnya bersabuk warna putih berganti
sabuk kuning Arkan Fausi mengatakan kegiatan ini melelahkan bahkan ia paling
tidak suka dengan lumpur, apalagi masuk dalam kubangan.
“ Sangat
sulit sulit bahkan berat pas dusuruh masuk sama sinpe kedalam kubangan lumpur,
selain harus merayap, sabuk yang baru harus digigit menggunakan mulut, namun
juga menyenangkan temannya banyak”, kata Arkan Fauszi.
Di acara
puncaknya walaupun peserta sudah mendapatkan sabuk baru, pemakaian sabuk tidak boleh dipakai sendiri, para karateka harus
mengikuti proses terakhir yakni dengan, berjalan
berjongkok, berguling dan merayap menuju orang tua masing-masing. Dalam tradisi
ini para Karateka diharuskan mencium kaki orang tuanya sambil meminta maaf. Tidak
lupa, disaat minta maaf, orang tua memberikan wejangan ke pada anaknya untuk selalu
berbakti kepada Alloh, orang tua, gurunya, bangsa dan negara.(Klik-4)
Posting Komentar