Berkah Ketika Harga Cabai Rawit Melonjak



KlikMadiun – Sebagian kecil warga mendapat berkah ketika harga cabai rawit kian melonjak. Mereka adalah penjual benih komoditas yang memiliki rasa pedas itu. Salah satunya, Atik, warga Dusun Jati, Desa Rejosari, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun.
Tidak kurang 1.500 batang benih cabai telah dijual sejak memulai usaha selama dua bulan terakhir. Omzet penjualannya sebanyak Rp 300 ribu. “Lumayan bisa untuk menambah uang belanja,” ujar perempuan berusia 32 tahun itu ditemui di kediamannya, Senin, 13 Februari 2017.
Untuk mendapatkan uang tambahan itu, Atik tidak mengeluarkan banyak modal. Benih cabai berusia lima hari diperoleh dari saudara yang telah menjalankan usaha sejenis lebih awal. Media berupa campuran tanah dan pupuk kandang juga banyak ditemukan di lingkungan sekitar.
“Butuh ketelatenan untuk merawat seperti menyiram dan menyemprotkan perangsang daun,’’ ucap Atik.
Setelah dirawat hingga tinggi batang benih cabai mencapai 5 cm dalam waktu tujuh hingga 14 hari, komoditas itu siap dijual. Selain di beberapa wilayah Kabupaten Madiun, benih juga masuk ke Ponorogo.
Mulyanto, 55 tahun, pedagang lain benih cabai di Desa Rejosari mengungkapkan hal senada. Sejak harga komoditas pertanian yang memiliki rasa pedas naik, penjualannya juga meningkat. Sebanyak 150 ribu batang dijual rata-rata perbulan. Padahal, pada waktu sebelumnya kurang dari jumlah tersebut.
‘’Banyak pelanggan baru yang datang ke sini,’’ ujar dia. Mulyanto menilai, pelanggan baru itu ingin membudidayakan cabai untuk menghindari dampak harga yang kerapkali melonjak.

Kini, harga cabai rawit di pasaran mencapai Rp 130 per kilogram. Sejumlah kalangan harus ‘memutar otak’ untuk mencari alternatif pengganti komoditas itu. Prihatin, salah seorang pedagang nasi di Desa/Kecamatan Mejayan, mengaku telah menggunakan cabai kering untuk memasak sayur lodeh maupun sambal. ‘’Dicampur dengan cabai segar,’’ ujarnya. (klik-4)

Post a Comment

أحدث أقدم