KlikMadiun – Jika mengunjungi Madiun,
tidak ada salahnya berjunjung ke Desa Suluk, Kecamatan Dolopo, sekitar 17 km
dari kota Madiun ke arah selatan. Di sini bisa didapatkan buah durian yang baru
petik dari pohon. Jika masih kurang pas, buah durian bisa diganti tanpa harus
membayar lagi.
Desa Suluk, merupakan salah satu desa di
Kabupaten Madiun bagian selatan. Letaknya yang berada di lereng barat Gunung
Wilis, membuat daerah ini agak dingin, sehingga cocok untuk tumbuh pohon
durian.
Adalah Parmin, salah satu warga yang
membuka wisata durian. Rumahnya yang masih khas rumah Jawa, didukung banyaknya
pepohonan durian di sekitarnya, membuat usaha Pak Min, panggilan akran Parmin,
banyak dikunjungi oleh pembeli.
“Jakarta, Bojonegoro, Cepu, dan
kota-kota lain banyak yang datang. Biasanya mereka memesan dulu sebelum datang
memastikan ada durian bagus untuk disantap,” kata Pak Min, saat dikunjungi
VIVA.co.id, Minggu 10 Januari 2016.
Saat hari-hari akhir pekan, Pak Min bisa
menjual durian hingga 1.500-1.700 buah. “Kalau hari-hari biasa ya sekitar 1.000
buah kalau memang sedang musim durian. Untuk satu musim, saya bisa berjualan
selama 4-5 bulan tergantung persediaan durian atau bagus tidaknya durian
berbuah,” ucapnya.
Saat sudah memasuki musim durian namun
di daerah Madiun belum banyak durian yang matang, Pak Min harus rela
mendatangkan dari Wonogiri, Trenggalek maupun dari Tulungagung. “Tiga daerah
itu, jenis buahnya sama dengan durian di daerah Suluk sini. Dan pembeli justru
menyukai durian lokal. Ada beberapa durian montong yang saya jual, tidak banyak
yang laku,” ujarnya sambil melayani pembeli.
Cerita sukses Pak Min mengelola wisata
durian di rumahnya, tidak lepas dari cerita susah yang dulu sempat dialami Pak
Min. “Saya dulu buruh panjat durian. Tugas saya memanjat durian, yang sudah matang
untuk dipetik, lalu saya bawa ke juragan saya. Dari situ saya semakin memahami
durian yang bagus dan cara berjualan durian,” ujar bapak 3 anak ini.
Delapan tahun bekerja sebagai buruh
panjat durian dijalani Pak Min. Namun sejak tahun 1985, Pak Min mulai berani
berjualan sendiri. Lambat laun, usaha itu semakin berkembang dan kini sudah
bisa membuka wisata durian.
“Jadi buah durian yang dijual disini,
semua baru petik dari pohon. Saya mempekerjakan 8 buruh panjat yang siap membawa
durian baru petik dari pohon, salah satu pekerjanya adalah mantan juragan
saya,” kata Pak Min.
Guna menjaga kepuasan pelanggan, Pak Min
siap mengganti durian yang rasanya tidak enak, atau belum matang. “Bisa ditukar
lagi tanpa harus membayar, jika memang tidak puas dengan rasa durian,” ujarnya.
Ada kalanya, konsumen meminta menikmati
durian yang dipanjat langsung dari pohon. “Kalau ada buruh panjat, bisa saja.
Dan itu oernah terjadi. Ada yang ingin pelanggan saya melihat orang memanjat
pohon durian, memetik dan menikmatinya begitu dipetik,” ka Pak Min.
Saat liburan sekolah pertengahan Desember
2015 lalu, adalah waktu yang merepotkan bagi Pak Min. “Karena banyak yang
datang, akhirnya saya batasi. Satu rombongan pelanggan, hanya bisa menikmati
4-5 buah durian, dan itu mereka terpaksa tidak bisa membawa pulang buah
durian,” katanya.
Penasaran dengan durian Pak Min, silakan
datang ke Madiun.
Posting Komentar