Klikmadiun.com – Polemik pembagian jatah air bagi petani di wilayah Madiun kian pelik. Pasalnya belakangan petani mengeluhkan aliran air yang semakin berkurang tiap harinya. Menanggapi keluhan petani, pihak UPT PSDA WS Bengawan Solo Korwil Madiun memberikan alasan berdasarkan data ketersediaan air.
“Coba cek ketersediaan air di Bendungan Jati, apa cukup untuk mengairi 10.680 hektar? Itulah yang menjadi kendala petugas untuk memposisikan diri membagi air secara adil saya rasa tidak mungkin. Karena memang secara debit tidak bisa memenuhi kebutuhan,”jelas Staf Operasional Teguh Prasetyo, Kamis (14/9/2023).
Selain itu, Teguh juga menjelaskan bahwa polemik sering disebabkan karena ketidaktaatan petani terhadap rencana tata tanam global (RTTG) yang telah disepakati. Seperti halnya sekarang yang memasuki musim tanam ketiga (MT3) seharusnya petani menanam palawija, namun beberapa petani masih saja nekat menanam padi yang pada proses pertumbuhannya membutuhkan banyak pasokan air.
“Untuk menekan konflik, tahap awal adalah mentaati rencana tata tanam global. Sekarang ini kan masih MT3, diharapkan para petani melihat kondisi debit dari dam Jati. Jadi jangan menanam padi, paling tidak palawija,”paparnya.
Ia juga mengimbau para petani untuk berperan aktif dalam mengawal proses gilir air sesuai jadwal yang telah disepakati bersama oleh para petani dan pihak terkait.
“Kita mengharapkan ikut sertanya petani dalam mengawal jadwal gilir air, yang mana telah tersebar di setiap desa,”imbuhnya.
Sementara itu, disinggung terkait dugaan adanya upeti yang sering diterima petugas di lapangan, Teguh mengatakan bahwa pihaknya telah sering mengingatkan baik petugas maupun petani untuk tidak menerima ataupun memberi.
“Kita sudah sering menekankan bahwa kita jangan sampai menerima ataupun meminta, kalua memang ada akan kami tindak,”pungkasnya.(klik-2)
Posting Komentar